[aioseo_breadcrumbs]

Mbak Firma dan Gorengan Berideologi

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Namanya Mbak Firma Wijayanti, usia 24 tahun, Di bio Instagram-nya tertulis:

“Aktivis Desa. Pejuang Konten. Pemersatu Timeline.”
Followers: 1.287 (naik 2 setelah video dia review risol goreng renyah level 10 viral di TikTok).

 

 

Setiap sore, Mbak Firma akan keliling desa dengan motor Scoopy warna merah, pakai jaket denim, dan tripod terselip di jok. Tujuannya cuma satu: review gorengan lokal dengan gaya konten ala beauty vlogger.

 

 

“Assalamualaikum, gengs! Hari ini kita bakal cobain tahu isi legendaris di warung Bu Kasri di Desa Sumber Ndower Mojokerto, yang katanya kriuknya bisa menyembuhkan luka batin!”

 

 

Zoom in. Tahu isi digigit.
Crunchhhhhh.
“MasyaAllah, gengs. Ini bukan sekadar tahu. Ini manifestasi demokrasi rasa!”

 

 

Tapi jangan salah.
Mbak Firma bukan cuma review gorengan. Ia juga suka menyisipkan pesan politik, sosial, dan moral di akhir video.

 

 

Contoh:

“Jangan lupa, gengs, gorengan ini enak, tapi minyaknya hitam pekat kayak hati koruptor. Tetap kritis ya!”

Atau:

“Tempe mendoan ini harganya naik 500 perak. Kecil? Bagi kita iya. Tapi bagi ibu-ibu penjual, itu penentu masa depan. Jadi stop nawar terlalu sadis!”

 

 

Suatu hari…

Ia review ote-ote di pinggir lapangan bola. Tak disangka, ote-ote itu bikin perutnya mules tiga hari. Tapi Mbak Lilis tidak mengeluh. Ia malah bikin konten edukatif:

“Gengs, ini pelajaran. Bukan semua yang kriuk itu jujur. Kadang yang terlihat menggoda… bikin sakit perut juga.”

 

 

Netizen cinta dia. Bahkan Bu Lestari, Kepala Desa, mulai konsultasi konten.
“Fir, gimana caranya bikin pengumuman vaksinasi biar viral?”

“Simple, Bu. Buat video sambil gigit risol, terus bilang, ‘Yang belum vaksin, lebih basi dari gorengan semalem!’ Pasti dapet 200 like minimal.”

 

 

Kini, Mbak Firma punya dampak.

Warung gorengan ramai setelah ia review

Warga desa lebih melek isu karena kontennya nyeleneh tapi berisi

Dan para pemuda malu kalau gak ikut musyawarah, karena takut dibahas di story Mbak Firma dengan caption:

“Masih muda, tapi gak mau rapat. Cuma kuat ngunyah Risol.”

 

 

Tapi tentu, tak semua suka.
Beberapa bapak-bapak bilang Mbak Firma “terlalu vokal”, dan “ngomongnya kayak nyindir elit.” Tapi Mbak Firma cuma tertawa.

 

 

Katanya, “Gorengan aja digoreng biar renyah. Masa isu desa gak boleh aku goreng biar enak ditelan?”

 

 

Dan begitu lah Mbak Firma.
Pemersatu warganet desa, pemilik lidah paling tajam setelah Bu RT yang suka ngerumpi.
Di tangannya, gorengan jadi alat edukasi.
Dan dari Mojokerto, dia berharap:

“Semoga gorengan bisa jadi jembatan antara rakyat dan perubahan.”

Bersambung….

Bagikan:

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp
Share on telegram

Advertorial

Berita Terkait

Berita Lainnya

Leave a Comment

Advertorial

Berita Terpopuler

Suara Pembaca

Kirimkan tanggapan dan komentar Anda yang berkaitan dengan pelayanan publik dan keluhan konsumen.

Kategori Berita